Sudah Nabung Saham? Yakin Benar Caranya?
Beberapa bulan yang lalu saya sempat diundang salah
satu universitas di Yogyakarta. Dan saya berinteraksi dengan para mahasiswa
yang antusias sekali untuk mulai berinvestasi saham. Ada satu atau dua orang
mahasiswa yang bangga karena telah menabung saham, oh ya? tanya saya.
Saya sangat kagum sekali dengan semangat antusiasme
mereka. Kemudian saya bertanya lagi, bagaimana caranya kamu mulai menabung
saham?
Mahasiswa itu menjawab: "Aku beli saja sebuah
saham, terus kalau saham itu turun aku beli lagi,".
Terus nominal uangnya berapa? Tanya saya lagi.
Mahasiswa menjawab lagi: "Ya sepunyanya uang
saya berapa? Kalau harga saham semakin turun, saya beli saham lagi semakin
banyak,".
Dari cara salah satu mahasiswa itu saya simpulkan
bukan cara yang benar untuk nabung saham. Nabung saham ini bermula
dikampanyekan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tagline "Yuk Nabung
Saham". Buat saya, ini strategi sangat bagus sekali. Namun sayangnya, jika
tidak dijalankan dengan benar, justru berisiko.
Contohnya, kalau kamu beli saham dengan patokan
sekadar beli karena harga sahamnya turun akan sangat berbahaya sekali. Karena,
bisa saja harga saham berlanjut turun terus. Jadi, bagaimana cara nabung saham
yang benar? Supaya kita bisa menghasilkan profit yang konsisten dalam jangka
panjang dengan risiko sekecil-kecilnya.
Menariknya lagi, nabung saham ini sempat dimention
oleh Tony Robbins seorang aktor sekaligus motivator kelas dunia, dalam bukunya
berjudul "The Money Master Games". Dalam bukunya tersebut, ia
mengulas strategi nabung saham ini dan seringkali disebut dolar cost averaging.
Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan nabung
saham? Dan kenapa BEI begitu semangatnya mengampanyekan "Yuk Nabung
Saham"? Begitu juga saya, ada menuliskan satu buku khusus dengan BEI judulnya
"Nabung Saham Sekarang".
Nabung saham merupakan strategi investasi yang
sangat berbeda dengan strategi investasi saham lainnya. Kalau strategi
investasi saham yang lain, kita butuh belajar tentang bagaimana caranya menentukan
timing yang benar untuk jual beli
saham.
Contohnya, untuk value
investing, kamu harus beli saham yang saat itu lagi terdiskon, sedangkan
pemula nggak tahu kapan value saham
itu terdiskon. Sementara, trader atau
investor justru akan membeli saham ketika harga sahamnya mulai akan naik dan
ditahan ketika terus naik sampai pada akhirnya trennya berbalik arah.
Yang menarik dengan strategi nabung saham ini, kamu
para pemula tidak pusing mikirin kapan mulai beli sahamnya. Kelebihan nabung
saham karena memiliki timing diversification. Jadi, nabung saham,
beli saham secara rutin atau periode tertentu dengan nominal dan sahamnya
tertentu juga.
Cukup beli satu saham saja nggak masalah. Nggak usah
banyak-banyak beli sahamnya. Kemudian, belinya dengan periode tertentu,
komitmen, entah itu sebulan sekali, tiga bulan, atau setahun sekali itu
terserah kamu. Terpenting komitmen! Pasang alarm pembelian saham di ponselmu,
misalnya Senin tiap bulan. Dan kamu nggak perlu lihat harga sahamnya.
Kemudian, dengan nominal tertentu. Misalnya, kamu
memiliki penghasilan Rp30 juta tiap bulannya. Setelah kamu kurang-kurangin
kebutuhanmu dan dialokasikan buat berinvestasi. Atau kamu punya uang Rp5 juta
untuk berinvestasi, ini ada kaitannya juga dengan podcast saya sebelumnya berjudul
"Kita Semua Bisa Kaya dan Bahagia".
Kamu mesti tentukan dulu jumlah uang yang bisa
digunakan untuk berinvestasi dan commit untuk beli saham dalam periode tertentu
tersebut.
Kelebihan
dan Kekurangan Strategi Nabung Saham?
Strategi nabung saham, sangat mudah untuk
dipraktekan. Jadi, kamu tidak perlu mikir lagi saham apa yang akan dibeli, dan
tidak perlu repot memikirkan timing-nya.
Strategi nabung saham ini akan mendiversifikasi risiko dari fluktuasi harga
saham.
Contohnya, tahun 2007, harga saham di IHSG tinggi
banget, tapi 2008, harga saham hancur gila-gilaan. IHSG turun 60 persen, bahkan
banyak bursa saham di dunia dan Asia turun karena supreme mortgage. Lalu 2009, bursa saham naik luar biasa. Kalau
kamu telah belajar strateginya dan menjadi alumni workshop trader karena saya ajarin, maka tak masalah.
Kamu mau masuk karena timing pasar saham sedang naik
itu bisa. Bagi pemula, disarankan jangan membeli harga saham saat lagi di
puncak, seperti tahun 2007. Kemudian, pasar saham jatuh, kamu jual pada harga
level terendah. Hal ini sangat berisiko sekali dan membuat orang kapok dalam
berinvestasi saham.
Tapi, kalau kamu nabung saham, tidak perlu mengalami
risiko sebegitu besarnya. Karena, ketika kamu beli harga saham saat lagi pada
puncaknya, maka akan mendapatkan sedikit saham saja. Namun, ketika harga saham
jatuh pada 2008, maka akan mendapatkan saham yang sama tetapi dalam jumlah yang
lebih banyak. Otomatis harga sahammu akan ter-average. Namanya strategi dolar
cost averaging. Beda dengan averaging
down. Averaging down itu, beli,
beli ketika harga sahamnya lagi turun.
Sekarang kita berbicara kekurangan nabung saham nih.
Karena harganya per rata-rata. Kalau harga saham itu naik, profitnya nggak bisa
banyak. Risikonya kecil, profitnya juga ikutan kecil. Tapi, profit ini masih
lebih bagus dibanding ditaruh pada instrumen deposito. Tapi, deposito itu baik
untuk saving atau hal lain.
Namun, kalau ingin mendapatkan imbal hasil yang
besar, kamu bisa dapatin dengan strategi nabung saham. Strategi nabung saham,
kamu tidak bisa beli dan simpan dalam jangka waktu setahun saja, paling nggak
5-10 tahun baru kelihatan hasilnya. Bukan untuk short term saja.
Gimana caranya milih saham buat nabung saham?
Hati-hati kalau kamu pilih saham dengan instrumen nabung saham. Kenapa? Karena
kamu baru sadarnya bertahun-tahun dan sudah rugi banyak. Oleh karena itu, pilih
saham untuk nabung saham yang tepat.
Kalau kamu pilih nabung saham, metode sahamnya sama
seperti value investing. Kalau kamu
mau growth investing, pilihan
sahamnya justru berbeda. Apalagi kalau menggunakan strategi super trading, swing trading, beda lagi pilihan sahamnya. Strategi super trading, kita nggak terlalu fokus
dengan analisis fundamental.
Tapi, kalau nabung saham kemudian value investing, kita mesti peduli
dengan analisis fundamental atau kesehatan perusahaan tersebut. Dinilai dari
bisnis model, manajemen perusahaan, profitabilitas atau kemampuan dari
perusahaan tersebut maka menghasilkan konsistensi.
Saya sendiri sangat berhati-hati banget
merekomendasikan saham untuk long term
investing. Karena long term investing
beda dengan trading. Kalau jadi Super
Trader, akan mendapatkan rekomendasi dari Premium Access. Misalkan merugi, kita
bisa batasin kerugiannya itu cepat, maksimal 7 persen bisa out.
Tapi, nabung saham buat investasi jangka panjang, cutloss-nya tidak bisa berdasarkan harga
tapi didasari oleh kesehatan perusahaan itu. Bila perusahaan itu tidak sehat
secara fundamental, it takes time.
Kriteria diinvestasikan untuk jangka panjang yakni:
1. Pilih perusahaan yang kuat secara fundamental
Bukan perusahaan yang sedang berkembang atau growing. Bisa disebut perusahaan blue chips. Ada segelintir orang yang
berkata "Nggak perlu saham blue chips,
second liner juga boleh," itu
orang lain bukan saya. Saya jadi sangat konservatif dan berhati-hati sekali, when I get in to long investment.
Jadi, perusahaan yang dipilih memilik kapitalisasi
besar di mana manajemennya sudah solid (good
corporate governence).
2. Pilih sektornya
Yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak, bukan
perusahaan yang signical. Seperti,
perusahaan batu bara, CPO (sektor kelapa sawit), dan perusahaan komoditas
lainnya. Kemudian, sektornya cenderung defensive.
Meskipun lagi krisis, orang tetap butuh.
Saya menawarkan dua saham saja supaya kamu tidak
bingung. Tapi, kamu bisa lihat lagi pilihan sahamnya, kalau kamu mau melihatnya
di dalam buku saya berjudul "Nabung Saham Sekarang" yang bisa
didapatkan di Toko Buku Gramedia. Jadi, ini saya menawarkan dua saham, PT
Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BCA ini
sektor perbankan yang bisa dibilang signical tetapi sangat-sangat kuat secara
fundamentalnya.
Strategi
Lain yang Bikin Untung Dalam Berinvestasi Saham
Tadi saya bilang diawal kalau strategi nabung saham
adalah suatu strategi beli dan jual saham yang paling basic serta practical
banget. Strategi ini juga bisa diterapkan pada instrumen reksa dana secara
konsisten.
Kamu pasti penasaran, strategi lain selain nabung
saham? Strategi beli dan jual saham untuk long
term investing, ada value investing.
Pilihan sahamnya sama kayak nabung saham. Tapi belinya, ketika value saham terdiskon, wich is gampang saja sih sebenarnya, di
saat lagi crash (pasar saham turun
tajam).
Contohnya, saham Unilever pada tahun 2018, harga
sahamnya terdisko 30-40 persen. Jadi, itu kesempatan yang bagus sekali untuk
berinvestasi. Kapan jualannya buat si value
investor ini ketika undervalue. Untuk
strategi growth investing, kebalikan
dari value. Justru para investor
membeli saham ketika perusahaan itu lagi berkembang. Baik itu laba dan
inovasinya bertumbuh luar biasa, tentu saja harga sahamnya naik luar biasa.
Bisa dilihat dari perkembangan labanya, return on investment (ROI), dan
profitabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi, saya lebih senang nih
dengan saham Indonesia, kita menilai pertumbuhan dari harga sahamnya. Jadi mau
beli ketika harga saham mau naik, saya lebih condong kepada kamu untuk
menggunakan strategi Super Trader. Kita melihat pertumbuhan harga saham itu
dari supply and demand.
Kita pantau dari grafiknya itu sendiri, saham-saham
mana saja nih yang dikoleksi oleh institusi, big money, lihat juga mana yang lebih banyak dibeli oleh ritel.
Jadi, ada demand lebih banyak dari supply dan kita beli-beli saham
tersebut, kemudian kita keluar jika melihat ada tanda-tanda distribusi.
Dan yang menarik dari strategi ini, kamu tidak perlu
tahu tentang fundamental perusahaan. Wich
is sangat-sangat kebalikan sekali dengan investasi jangka panjang yang
dituntut untuk mengetahui kesehatan perusahaan dan sebagainya. Strategi Super
Trader ini sangat simpel dan pembatasan risikonya pun cenderung minim 3-7
persen.
Sudah nggak bingung lagi kan soal nabung saham? Yuk
nabung saham, terutama buat pemula nih yang tertarik berinvestasi bisa dimulai
dari strategi ini tanpa perlu memikirkan teknikal analisis. So simple dan jangan banyak pertimbangan
untuk menunda berinvestasi ya.. By the
way, artikel ini juga bisa didengar pada podcast saya saham.link/podcast7
--> Yuk Nabung Saham Sekarang --> https://anchor.fm/ellen-may8/episodes/Yuk-Nabung-Saham-Sekarang-e4844u.