Beli Saham Berapa Banyak
Beli jual saham sama persis, hasilnya
beda-beda. Kenapa?
Di sebuah kafe, Budi nampak asik mendengar
penuturan Ahmad yang sukses berjual beli di pasar saham. Konon, Ahmad
seringkali mendapat banyak uang tambahan dari beli dan jual saham. Tidak dipungkiri,
sesekali Ahmad memang mengalami kerugian. Namun secara keseluruhan, Ahmad bisa
menuturkan bahwa ia bisa menghasilkan keuntungan secara konsisten selama
beberapa tahun.
Tidak butuh waktu lama buat Ahmad untuk
meyakinkan Budi agar ia mau mengikuti jejaknya dalam berivestasi saham. Budi
pun segera membuka rekening saham pertamanya di sebuah sekuritas. Sekuritas
yang sama dengan Ahmad, dengan biaya komisi brokerage dan juga pajak yang sama
persis!
Pertanyaan berikutnya pun muncul buat Budi,
yaitu, saham apa yang mau dibeli? Beli di harga berapa? Jualnya kapan?
Karena tidak mau pusing, Budi pun ambil
langkah praktis, dan berniat mengikuti persis apa yang dilakukan Ahmad. Ahmad
tidak keberatan. Jadi, setiap kali Ahmad beli sebuah saham, ia akan mengajak
Budi. Demikian pula ketika ia menjual sahamnya. Sama persis!
Kadang-kadang Ahmad untung, kadang-kadang
Ahmad rugi. Kalau dihitung-hitung setelah jalan setahun, Ahmad benar 50% dari
keseluruhan jumlah transaksi. Dari 50% frekuensi beli sahamnya yang untung itu,
Ahmad berhasil menuai keuntungan sekitar 10% dari hasil investasinya. Dan
setiap kali mengalami kerugian, dari 50% frekuensi rugi, Ahmad harus membatasi
kerugian rata-rata 5% dari nominal yang ia gunakan untuk membeli saham
tersebut.
Jadi, seperti halnya Ahmad, Budi pun
memiliki rasio untung dan rugi yang sama persis dengan Ahmad.
Ketika Ahmad santai-santai saja, dan tetap
enjoy dengan investasinya, Budi mulai gelisah. Ada apa gerangan?
Budi melihat jumlah uang yang ada di
rekening sahamnya semakin menipis. Sebaliknya, rekening saham Ahmad justru
bertambah. Budi menjadi skeptic dan tidak percaya pada kemampuan Ahmad.
Bahkan… Budi sempat hampir marah karena
merasa “ditipu” Ahmad. Namun setelah dicek… kok ternyata memang benar, Ahmad
untung, Ahmad nggak nipu.
Jadi, apa yang membedakan keduanya? Apa
yang menyebabkan Budi merugi dan Ahmad untung?
Segitu penting kah peran strategi risk
& money management? Setiap kali membeli saham, haruskah kita menggunakan
nominal yang sama?
Bagaimana cara menambah dan mengurangi porsi beli?
Download FREE EBook selengkapnya dengan klik tombol di bawah ini!
Mau jadi Super Trader di saham Indonesia?