Trading dan Investasi Saham, Apa Bedanya ?
Tahukah Anda, berbagai cara dilakukan orang untuk mendulang uang di pasar saham.
Adam suka beli saham dan menyimpannya dalam waktu lama, membeli karena saham tersebut sudah turun tajam atau yang dianggap sudah murah. Namun ada juga Benny yang membeli saham untuk segera dijual kembali. Ada juga si Charlie yang justru suka beli saham ketika harga lagi naik-naiknya.
Adam bilang strateginya paling benar karena menurutnya itu adalah strategi yang paling rendah risiko, dan terkadang ia mencibir strategi Benny yang dibilangnya tidak sabaran.
Sementara itu Benny memamerkan strateginya menarik karena memberi profit cepat, dan mengatakan bahwa Adam lambat dalam mencetak profit.
Charlie, sangat meyakinkan ketika bercerita bahwa strategiya bisa mendulang cuan lebih besar dalam waktu yang relative sedang, tidak terlalu lama seperti Adam dan tidak pula secepat Benny , sehingga menawarkan keleluasaan.
Tidak jarang, perbedaan pandangan dalam cara membeli saham ini menimbulkan perdebatan yang tak henti-hentinya.
Hmm… sebenarnya siapa yang paling benar? Strategi mana yang paling baik? Perlukah memahami berbagai strategi tersebut?
Bukan hanya perlu, tapi HARUS! WAJIB!
Tanpa memahami 1 hal dasar yang kita pelajari hari ini, bisa berakibat FATAL di kemudian hari.
Banyak orang memutuskan untuk langsung membeli saham tanpa mempertimbangkan dasar pemahaman strategi saham ini, sehingga menimbulkan kebingungan di kemudian hari.
Gamang, galau, salah mengambil keputusan karena dengerin sana sini, dan akhirnya rugi melulu…frustrasi… dan mengakhiri drama transaksi saham dengan kekecewaan besar, sampai mengambil sumpah supaya jangan sampai deh ada anak ,cucu, istri, keponakan yang berani-berani sebut kata saham atau bahkan beli saham.
Salahnya dimana? Salahnya karena tidak tahu 1 rahasia penting ini di awal, yaitu konsep dasar trading dan investasi.
Kalau Anda seorang pemula, Anda wajib baca artikel ini sampai habis!
Dan kalau Anda sudah lama di pasar saham, dan sudah berhasil mendulang profit, Anda juga harus baca sampai selesai!Supaya Anda bisa cuan lebih banyak lagi, dan menghindarkan Anda dari kegalauan ketika Anda menemukan berbagai pandangan yang berbeda terhadap sebuah saham.
Supaya Anda bisa mengambil keputusan yang mantap dan bijaksana, ketika Anda akan memutuskan beli
- jual sebuah saham, tanpa perlu gamang dan galau ketika teman Anda memiliki pendapat lain, atau ketika saham yang Anda beli mulai untung atau malah rugi. Dan tetap tenang, meski orang lain mencibir strategi yang Anda pilih, karena Anda tahu apa yang Anda tuju.
Jadi, sekali lagi, pemahaman akan dasar strategi investasi saham ini SANGAT PENTING untuk Anda ke depannya. Bahkan, dalam setiap buku yang saya tulis, dan dalam setiap seminar yang saya ajar, selalu saya buka dengan membahas isu ini, tentang strategi dasar di pasar saham, tentang trading dan investasi.
Ok… jadi, mana strategi yang paling benar dan paling menguntungkan?
Meski ada begitu banyak strategi dalam beli dan jual saham, sebenarnya strategi beli jual saham tersebut, hanya terbagi menjadi 2 strategi utama, yaitu INVESTASI dan TRADING.
Apa artinya?
- INVESTASI
Yuk kita samakan persepsi yah kata “investasi” dalam jual beli saham, artinya adalah beli saham dan simpan dalam jangka panjang, dengan rentang waktu minimal 5 tahun.
Berinvestasi tidak sekedar beli dan simpan saja. Seorang investor saham sejati, memiliki beliefs yang sangat kuat dengan saham yang dibelinya. Ia tidak sekedar membeli saham. Ia membeli bisnis. Ia tidak sekedar menginginkan keuntungan dari kenaikan harga, namun ia berharap bahwa perusahaan terus akan menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang, sehingga ia mendapatkan keuntungan dari pembagian dividen saham.
Tidak hanya itu, seorang investor jangka panjang juga percaya bahwa harga saham akan bertumbuh dalam jangka panjang dan memberi keuntungan besar (ratusan bahkan ribuan persen) dalam rentang waktu beberapa tahun, seperti contohnya saham PT Unilever Tbk (UNVR) yang bertumbuh 557% dari tahun 2008 – 2018, dari harga 6900 menjadi 45400, dan demikian pula saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang harga sahamnya melesat 630% dari tahun 2008-2018 dari 3550 menjadi 22400.
Oleh karena itulah, tidak jarang, seorang investor jangka panjang memilih saham yang seringkali dianggap “murah” secara valuasi.
Tolak ukur dari investasi jangka panjang adalah dengan menilai kinerja perusahaan, dengan menggunakan analisis fundamental. Apa saja yang dinilai? Dari kualitas (bisnis model, manajemen) hingga kuantitas (profitabilitas dan valuasi).
Valuasi bisa dinilai, salah satunya dengan melihat nilai P/E Ratio (Price to Earnings Ratio), yang dihitung dari harga saham terkait, dibagi dengan EPS (Earnings Per Share) atau laba bersih setelah pajak. Semakin kecil nilai P/E Ratio, artinya valuaasi saham tersebut semakin murah.
Dari rumus tersebut, P/E Ratio akan menjadi murah ketika harga saham merosot, atau ketika EPS (laba bersih) perusahaan meningkat.
Dengan membeli saham yang valuasinya terdiskon, seorang investor berharap bahwa suatu hari nanti harga murah ini akan bertumbuh / naik.
Namun sayangnya, situasi tidak selalu demikian. Saham yang murah valuasinya, tidak selalu mengalami peningkatan harga, malahan bisa semakin turun harga.
Sebagai contoh, saham PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) yang pada tanggal 9 Juli 2018, memiliki nilai valuasi 23.84 kali, dengan harga 13375. Bukannya naik, saham TKIM merosot 30%, hingga pada tanggal 16 Oktober 2018 nilai valuasinya turun menjadi 8.7 kali.
Nah, selain strategi Value Investing, ada pula strategi investasi lainnya, yaitu strategi nabung saham dengan cara beli saham secara rutin dan strategi Growth Investing yang berfokus membeli saham yang memiliki pertumbuhan laba / earnings secara konsisten.
Uniknya, strategi Growth Investing ini sangatlah bertolak belakang dengan strategi Value Investing yang membeli saham ketika terdiskon. Seorang Growth Investor cenderung membeli saham yang bertumbuh dari perusahaan-perusahaan yang memberi profit konsisten dalam jangka panjang, bahkan harga sahamnya terus naik, dan karena harga saham terus naik, maka valuasinya pun menjadi semakin mahal.
Seorang Growth Investor biasanya membukukan keuntungan lebih cepat daripada seorang Value Investor. Meski demikian, resiko dalam growth investing tetap ada, terutama jika seorang investor terjebak dalam growth trap, membeli saham yang terlalu tinggi harganya.
Berdasarkan data yang saya peroleh, dan juga berdasar pengalaman bertahun-tahun, ketika melakukan growth investing, selain melakukan analisis fundamental (menilai pertumbuhan perusahaan dari laba), sebaiknya juga diimbangi dengan analisis dari pergerakan harga saham (analisis teknikal), untuk mengantisipasi pembalikan harga saham lebih dini, dan bisa melakukan pembatasan risiko ataupun merealisasikan keuntungan lebih optimal.
Jika Anda ingin belajar lebih dalam tentang strategi ini, Anda bisa pelajari melalui Online Class.
Strategi investasi ini bagus, namun saya sendiri lebih menikmati banyak keuntungan dari trading saham, terutama dengan strategi yang saya kembangkan dengan nama Super Trader™. Apa itu?
2. TRADING
Beliefs seorang trader, sangat bertolak belakang dengan beliefs seorang investor.
Jika seorang investor berfokus pada kinerja dan fundamental perusahaan, maka seorang trader tidak terlalu peduli dengan kondisi fundamental perusahaan.
Buat seorang trader saham, hal yang paling penting adalah ketika harga saham naik dan mendapatkan keuntungan dari selisih peningkatan harga saham tersebut.
Fundamental perusahaan tidak terlalu dipentingkan karena yang menggerakkan harga saham bukan fundamental perusahaan tersebut, namun tingginya tingkat permintaan atau penawaran. Percuma saja jika fundamental perusahaan bagus, namun tidak banyak orang yang membelinya. Harga saham juga tidak akan naik.
Meskipun, memang, kalau fundamental perusahaan bagus, institusi / investor besar juga akan membelinya. Namun institusi juga tidak selalu dalam posisi beli. Ada kalanya juga ia akan menjual untuk merealisasikan keuntungan sehingga trend harga saham tidak selalu naik. Untuk saham-saham besar, tren harga saham malah cenderung sideways dalam jangka pendek, dan naik untuk jangka panjang. Hal ini dikarenakan jumlah saham yang beredar dari perusahaan berfundamental apik itu, sangatlah banyak.
Sebaliknya, perusahaan-perusahaan dengan skala menengah hingga kecil, memiliki kapitalisasi kecil, sehingga lebih sensitive terhadap perubahan demand dan supply. Hal ini mengakibatkan, ketika ada peningkatan demand, harga saham akan cenderung mudah naik, dan juga sebaliknya.
Peningkatan harga saham inilah yang dimanfaatkan trader untuk mendulang profit.
Ada beberapa macam jenis trading / jual beli saham, berdasarkan rentang waktu beli dan jual dan besaran keuntungan yang diperoleh :
- Daytrading → artinya beli jual saham dalam waktu sehari / bahkan kurang dari sehari
- Swing trading → beli dan jual saham dengan rentang waktu beberapa hari
- Super Trade → beli dan jual saham dengan rentang waktu yang tidak dibatasi, namun rata-rata berkisar sekitar 3 bulan – 6 bulan, selama tren harga saham masih naik, maka saham yang dibeli tidak dijual, sampai harga saham mulai berbalik turun, baru akan dijual.
Yang menarik, strategi Super Trader™ ini sangatlah sederhana, cukup memahami pergerakan grafik, dipadu dengan manajemen risiko dan self mastery seperti yang diajarkan dalam workshop Super Trader™, maka Anda bisa segera jadi trader professional.
Beberapa saham yang ditransaksikan dalam membership Premium Access kita dengan strategi Super Trader™ ini antara lain:
– Saham PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (IMAS), profit 32% (periode 11 Januari 2019 – 23 Januari 2019)
– Saham PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON), profit 24% (periode 26 November 2018 – 25 Januari 2019)
Saham PT. Malindo Feedmill Tbk (MAIN) , profit 22 % (periode 16 Januari 2019-28 Januari 2019)
– Saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), profit 21,9% (periode 3 Desember 2019 – 28 Januari 2019)
Saham PT SOECHI LINES Tbk (SOCI), profit 18,3% (periode 8 Januari 2019 – 8 Januari 2019)
– Saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), profit 16 % (periode 10 Januari 2019 – 16 Januari 2019)
Bagaimana dengan risikonya?
Menariknya, meski kita bisa mendapat keuntungan 2 hingga 3 digit, kerugian yang kita alami sangat terbatas, maksimal sekitar 7% saja.
Strategi ini sangat simple. Di workshop Super Trader™ Anda akan pelajari 3 hal untuk menjadi seorang Super Trader, yaitu method mastery, portfolio management mastery, dan self mastery. Hanya butuh ketekunan untuk mempraktekkannya hingga menjadi sebuah kebiasaan.
Saking simple nya, ada beberapa Super Trader™ yang tidak mengenal profil perusahaan dari saham yang ia beli. Tapi ia berhasil mencetak profit konsisten, bahkan sampai bisa beli rumah (seperti Pak Imam Edi Suwito), dan juga bisa jalan-jalan ke luar negeri, seperti yang Anda bisa baca dari rangkaian kisah sukses alumni Super Trader™workshop berikut ini.
Seperti kisah Bu Ely Nurnaidah setelah ikut pelatihan dari Ellen May Institute, berhasil profit 170 % dalam 3 bulan. Uangnya digunakan untuk bawa keluarga jalan – jalan ke Malaysia, dan terakhir bisa berangkat kedua orang tua umroh .
Dan Pak William Sandika setelah mengikuti Super Performance Trader bulan September sampai sekarang, berhasil mengalami pertumbuhan portofolio saham yang luar biasa. Bahkan ada saham saham yang tumbuh diatas 100%
Kok bisa?
Kalau Anda penasaran tentang bagaimana caranya jadi seorang Super Trader™, dan ingin segera bisa make money dari pasar saham, baik itu saham Indonesia maupun saham global, langsung aja daftar di workshop “Super Trader™” sekarang, sebelum batch terdekat FULL dan Anda harus menanti lama lagi untuk batch berikutnya.
Semakin cepat Anda belajar, semakin banyak profit yang Anda bisa peroleh!
Salam profit,
Ellen May & team PremiumAccess.id
Mau jadi Super Trader di saham Indonesia?