Blog By Ellen May

To Be Humble and To Grow

2019-07-03 10:26:36 / Ellen May

#seripsikologitrading


Ada dua orang datang ke sebuah restoran. Mereka makan makanan yang sama. Yang satu bilang nggak enak. Yang lain bilang ini super delicious.


Dua orang datang ke sebuah konferensi. Yang satu pulang dengan kecewa karena ia merasa tidak mendapat apa2. Yang lain pulang dengan semangat berkobar2 mendapat banyak.


Dua orang membaca buku yang sama. Yang satu merasa ... ya bagus sih, tapi biasa-biasa saja. Yang satu merespon luar biasa dan hidupnya berubah.


Dua orang menghadapi masalah yang sama. Yang satu mengeluh dan melampiaskan kekesalan pada situasi. Yang satu mengambil hikmahnya dan memperbaiki diri.


Dua orang bertemu orang bijak yang sama. Yang satu merasa bahwa orang itu menggurui dan orang itu tak lebih pintar dari dirinya. Yang lain merasa sangat bersyukur, dan meneruskan wisdom yang ia dapat ke orang lain.


Dua orang beli saham yang sama, beli di harga yang sama, dua orang jual di harga yang sama, dua orang untung sama besar. Yang satu merasa ... kok cuma segini. Yang lain merasa senang luar biasa.


Dua orang trading saham yang sama, dua orang jual rugi di angka yang sama. Yang satu kesal luar biasa. Yang lain duduk diam sambil berpikir, apa yang bisa saya perbaiki?


Mengapa dua orang berhadapan dengan situasi yang sama persis, tapi outputnya bisa berbeda? Apa yang membedakan?


Salah satu yang membedakan tindakan setiap orang adalah persepsi. Persepsi terbentuk karena lingkungan sejak kecil, dan semua hal yang terpapar sejak seorang anak manusia bertumbuh dari bayi hingga dewasa. Perbedaan informasi, lingkungan, dan bagaimana orang itu diperlakukan sejak kecil sangatlah mempengaruhi bagaimana orang tersebut merespon apa yang ia alami ketika dewasa.


Persepsi membuat kita berbeda satu dengan yang lain. Jangankan dua orang yang hidup di lingkungan berbeda. Kakak adik yang hidup di lingkungan yang sama pun, bisa berbeda persepsi.


Perbedaan persepsi ini seringkali menimbulkan argumen antara kita dengan orang lain. Perbedaan argumen tidak akan berakhir dengan win win jika tidak ada pihak yang mengalami paradigm shift, yang bisa berujung pada problem selanjutnya, dan bahkan bisa bikin kesal diri kita sendiri.


Tidak hanya bermasalah dengan orang lain. Cara kita memberi arti terhadap sebuah problem, juga sangat mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan, dan juga tentunya sangat berpengaruh pada hasil akhir.


Kita punya dua pilihan. Kesal dengan orang atau situasi yang membuat kita sulit, atau justru belajar dari situasi sulit tersebut.


Sebagai contoh, untuk jadi seorang trader / investor saham yang berhasil, akan sangat mudah dan menyenangkan ketika pasar saham sedang naik-naiknya.

Namun ketika pasar saham sedang berada dalam tren turun... atau ketika portofolio belum juga menghijau... kita bisa memilih untuk menyalahkan situasi dan orang lain, atau memilih untuk mengevaluasi diri dan menjadi lebih baik lagi.


Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita, bisa membantu kita mencapai tujuan lebih cepat atau justru memperlemah kita, tergantung pada bagaimana persepsi / cara kita memberi arti.


The thing that bothers me....the goal that I have not achieved yet...and upsets me, the people that  have different thoughts with me, they are here... to humble me.


Humble me?


Ya... setiap permasalahan yang datang, demikian pula dengan setiap tantangan yang datang bagi seorang trader / investor, adalah untuk membuat kita semakin rendah hati. Ketika kita punya kerendahan hati, kita akan belajar lebih lagi, dan semakin maju dari hari ke hari.


Apa sih gunanya humble? Being humble means to have a growth mindset. 

Apa itu growth mindset? Menurut Professor Carol Dweck, dosen psikologi Universitas Stanford, growth mindset berarti bahwa : kerja keras bisa mengembangkan kemampuan kita.


Penelitian yang dilakukan oleh Stanford University, mengatakan bahwa, sebodoh apa pun orang, kalau ia diberi tugas / tantangan yang membuatnya berpikir benar-benar keras, hingga di luar zona nyamannya, membuat neuron-neuron di otaknya mengalami koneksi, mulai terhubung satu dengan yang lain, sehingga efeknya, ia menjadi semakin pintar dan pintar. 


Dengan kerendahan hati, akan memotivasi kita untuk berusaha lebih keras, belajar lebih keras lagi, sehingga neuron-neuron di otak menjadi terhubung semakin kuat, dan ujung-ujungnya dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari yang bisa, menjadi sangat bisa dan sangat ahli.


Prof Dweck juga mengatakan, supaya ketika kita memuji seseorang (anak misalnya), jangan puji talent nya / kepintarannya, karena itu justru akan membuatnya rapuh. Dweck mengatakan bahwa sebaiknya pujilah prosesnya : kerja kerasnya, kedisiplinannya, strateginya, fokusnya. Dengan demikian kita akan jadi semakin termotivasi untuk bekerja keras, disiplin, terus belajar dan fokus.


Lawan kata dari growth mindset adalah fixed mindset. Ciri-ciri dari orang yang memiliki fixed mindset biasanya akan fokus pada kesenangan jangka pendek / saat ini, mengambil jalan pintas yang dianggap mudah (seperti berbohong, menyontek, menipu, dll), mencari dan menceritakan orang lain yang lebih parah dari dirinya untuk menghibur diri dan membuatnya merasa lebih baik, serta lari dari kenyataan. Tidak heran, semakin banyak saja kasus bunuh diri karena banyak orang terbiasa menerima hal instan. 


Dalam kasus trader dan investor, fixed mindset ini sering tercermin pada sikap : mencari pembenaran meskipun saham yang dimiliki jelas-jelas tidak prospektif, menceritakan orang lain yang lebih rugi, menyalahkan orang lain yang dianggap menjadi penyebab kegagalannya, dan pada akhirnya… ia menutup rekening sahamnya karena tidak mau lagi berusaha.


Sekarang, pilihan ada di tangan kita. Mau humble atau gengsi? Mau punya growth mindset atau fixed mindset? Mau berhasil, atau begitu-begitu saja?


Yang satu datang dengan gelas penuh yang sudah tidak bisa diisi lagi. Yang lain datang dengan gelas kosong. Yang satu datang dengan perut kenyang. Yang lain datang dengan haus dan lapar.




Yang satu membaca artikel ini dan berpikir... apa hubungannya dengan trading saham? Yang lain membaca artikel ini dan mendapat pelajaran penting untuk psikologi trading setelah semua yang ia alami.


Pada akhirnya, trading dan investasi saham tidak hanya memberi kita keuntungan materi, namun juga membentuk kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana, ketika kita mempunyai growth mindset.


Learning a growth mindset transforms the meaning of effort and difficulty. It used to mean they were dumb, and it means they have a chance to get smarter. Difficulty just meant not yet. (Prof Carol Dweck)



Salam profit,

Ellen May

29 Jun 2019



Mau jadi Super Trader di saham Indonesia?

Follow Us

Kememkominfo

Certified by Ministry of Communications and
Informatics of Indonesia

• no. 02372/DJAI.PSE/03/2020 as Electronic System Provider