The Beauty of Minimalism
#Position sizing, #psychology of trading, #risk management, #portfolio management, #money management
Beberapa
bulan terakhir, saya berkesempatan untuk travel ke US, baik untuk mengikuti
conference, meeting, ataupun seminar, “mengasah kapak”, terutama untuk ilmu
investasi, trading saham, serta ilmu bisnis lainnya.
Salah
satu acara luar biasa yang saya ikuti adalah Berkshire Hathaway Annual Meeting
2019. Di situ, saya berkesempatan untuk belajar langsung dengan Warren Buffett,
Charlie Munger, dan bahkan seruangan dengan Bill Gates. I was so excited!!
Setelah
acara utama berlangsung, biasanya saya meluangkan waktu untuk explore di beberapa
ktia, serta bertemu beberapa teman dan kerabat, dan juga mengunjungi beberapa
outlet / pusat perbelanjaan.
Awalnya,
rencana mengunjungi outlet / pusat perbelanjaan hanyalah untuk membeli beberapa
barang titipan dari kerabat, dan tidak ada rencana untuk membeli barang lain.
Namun tidak jarang, kunjungan ke outlet berujung pada “beranaknya” koper /
bawaan saya, karena saya tidak hanya membeli barang titipan namun juga membeli
barang-barang “lucu” lainnya, baik untuk saya, ataupun untuk keluarga.
Penyesalan
pun muncul ketika :
-
Saya kerepotan membawa koper yang beranak, apalagi kalau
sampai overweight
-
Saya kerepotan ketika unpack
-
Dan yang terakhir… saya kerepotan untuk “mengeliminasi”
barang-barang di rumah yang sudah ada, karena dengan bertambahnya barang baru,
rumah akan semakin penuh
Pada
trip lain saya sempat mencoba untuk seminimalis mungkin, dengan membawa
sesedikit mungkin bawaan dari rumah, dan tidak terlalu banyak membeli barang
yang tidak diperlukan.
Salah
satu caranya adalah dengan tidak terlalu banyak pergi ke pusat perbelanjaan.
Titipan yang ada pun sebisa mungkin dilakukan lewat online shop, dan barangnya
dikirim ke hotel, supaya nggak tergoda belanja ini itu ina inu… hehe….
Dari
situlah saya belajar tentang 1 hal penting : simple life, minimalist life, is a
good life. Kita tidak memerlukan banyak barang. Semakin simple, semakin nyaman.
Tidak perlu membeli yang lebih bagus, lebih keren, atau lebih menarik, kalau
tidak benar-benar membeli nilai tambah buat hidup kita.
Demikian
pula ketika trading / investasi saham.
Seringkali, kita ingin memiliki
portfolio (kumpulan saham) yang paling indah, paling bagus, paling profitable.
Untuk itulah, seringkali trader / investor seringkali terobsesi untuk mencari
saham yang pualing bagus, dan tidak mau ketinggalan rekomendasi terbaru.
Di Super trader signal ID, rekomendasi saham akan terus bermunculan jika ada peluang
baru. Namun apakah semua saham tersebut harus Anda beli?
Ada
waktunya, ketika muncul banyak tawaran / peluang yang lewat di depan mata, kita
perlu belajar untuk berkata “I’m good!” alias, “Saya sudah cukup dengan apa
yang saya punya, dan saya baik-baik saja tanpa membeli saham lain.”
Apa
artinya?
Ketika
trading saham, kita harus mempunyai batasan akan berapa banyak jumlah saham
yang boleh kita miliki. Untuk retail, sekitar 5 – 10 saham cukup!
Ketika
kita sudah menentukan maksimal jumlah saham yang kita miliki (missal, 5 saham),
kita tidak perlu tergoda membeli saham ke-6, selama : 5 saham tersebut masih
baik-baik saja.
Apa
artinya?
Simple
aja. Kalau 5 saham tersebut masih untung, masih positif, masih hijau, dan belum
kena level stop loss / proteksi, tidak perlu pusing membeli saham yang ke 6.
Salah
satu rahasia keberhasilan investor legendaris dunia Warren Buffett, dan juga
trader legendaris David Ryan, adalah melakukan konsentrasi untuk strategi manajemen portfolio, dan bukan
diversifikasi.
Diversifikasi
tidak akan mengecilkan risiko, karena ketika pasar jatuh, maka sebagian besar
saham juga pasti akan terkoreksi.
Strategi
konsentrasi adalah salah satu cara terbaik untuk memperbesar keuntungan dan
meminimalkan kerugian. Caranya adalah :
-
Membeli sedikit jenis saham (5 sampai maksimal 10 )
-
Menambah posisi (add buy) untuk saham yang masih potensial
-
Mengurangi posisi (reduce / sell) untuk saham yang mulai
rugi, dan juga jual untuk profit taking pada saham yang masih untung namun
mulai menunjukkan tanda perlambatan trend
Tapi
bagaimana caranya punya portfolio yang ramping dan simple? Saya tergoda dengan
saham-saham lainnya.
Caranya
mudah saja.
Seperti
halnya kita membatasi untuk membeli barang-barang yang tidak kita perlukan
dengan mengurangi pergi ke outlet, maka kita bisa membatasi over buy saham
dengan mengurangi melihat running trade. Saya sendiri saat ini sudah jarang
sekali melihat running trade. Broadcast / rekomendasi dari Super Trader Signal ID dan
juga ilmu yang Anda dapat dari workshop Super Trader sudah lebih dari cukup.
Oya…
supaya bisa tetap simple dan minimalis, kita juga sesekali perlu “membersihkan”
barang-barang di rumah kita. Pakaian, sepatu, mainan anak, tas, perabot,
buku-buku, yang tidak lagi dipakai, namun dibuang sayang… ketika saya mencoba
untuk “bersih-bersih” barang-barang tersebut, rasanya lega sekali.
Barang
yang dibuang sayang, seringkali membuat rumah jadi penuh dan tidak nyaman dan
tidak indah.
Saham
yang dibuang sayang (saham yang rugi tapi terus ditahan), membuat portfolio
saham Anda menjadi memerah.
Yuk,
mulai bersih-bersih portfolio. Buang saham yang paling buruk, yang paling jelek
trend harganya, yang paling jelek fundamentalnya, yang paling nggak ada
harapan.
Percayalah,
ketika kita terbiasa untuk “bersih-bersih” portfolio ketika kerugian masih
kecil, dan ketika kita tidak overbuy saham, maka kinerja trading Anda pasti
akan membaik seiring dengan berjalannya waktu.
Keep
it simple & smart!
Salam profit,
Ellen May
Mau jadi Super Trader di saham Indonesia?