Blog By Ellen May

CARA MENAMBANG UANG SAAT PASAR SAHAM TUMBANG

2019-05-17 15:18:23 / Team Ellen May Institute

Kondisi market yang terus menurun saat ini membuat beberapa investor panik. Pergerakan rupiah yang terus melemah, perang dagang hingga krisis di berbagai negara berkembang membuat banyak orang mulai khawatir. Padahal, sebenarnya di balik semua ini ada banyak sekali peluang yang bisa membuat Anda dapt banyak keuntungan. Bagaimana bisa?

Ok saya kasih tau caranya…

KRISIS = PELUANG

Masih ingatkah Anda, di tahun 2008, waktu itu IHSG turun 61,62% dihitung dari level tertingginya 2838 pada 14 Januari 2008.

Pada waktu itu, banyak saham yang terdiskon luar biasa.

Sebut saja saham ASII, yang mencapai level terendahnya di angka 660 (turun 78,18%) setelah meroket hingga angka tertinggi 3025 sebelumnya.

Demikian pula saham BBRI, yang mencapai level terendahnya di angka 237 (turun 74.41%) setelah meroket hingga angka tertinggi 809 sebelumnya.

Masih banyak lagi saham-saham yang pada waktu itu terdiskon habis-habisan.

Meski demikian,pada tahun 2009, saham-saham tersebut kembali meroket.

Saham ASII yang sempat jatuh hingga angka 660 di 2008, meroket  434% di angka 3530 pada 2009.

Demikian pula saham BBRI yang sempat jatuh hingga angka 237 di 2008, meroket  265% di angka 865 pada 2009.

Bahkan, tidak hanya sampai 2009. Pasar saham terus bertumbuh hingga 2013. Kalau dihitung dari level terendah di 2008 di angka 1089, IHSG terus bertumbuh hingga 382% di angka 5251 di tahun 2013.

Beberapa saham yang tumbuh signifikan dari tahun 2008 hingga 2013 di antaranya BBCA, HMSP, UNVR, ASII.

Kalau diingat-ingat, momen 2008 itu, merupakan momen yang menakutkan bagi banyak investor. Namun, setelah kita melihat masa depan, ternyata momen menakutkan tersebut sebenarnya merupakan peluang yang luar biasa.

Akankah peluang itu berulang?

YA! PELUANG ITU BERULANG

Jika Anda rindu dengan peluang di tahun 2008, saya akan kembali ingatkan Anda bahwa peluang tersebut bisa saja berulang, meski dengan kondisi yang berbeda.

Contohnya, pada tahun 1998, pasar saham merosot habis-habisan. Pada waktu itu IHSG turun 65,67% dari level tertingginya di 743 menjadi 255.

Cerita yang sama di 2008 juga terjadi di 1998. Sebut saja bos BCA, Bambang Hartono yang memborong saham BCA di 1998 sejumlah 25% dan menjadi salah satu konglomerat di Indonesia.

Apakah krisis itu berulang?

Ya! Tanpa perlu dihubung-hubungkan apa penyebabnya, krisis itu selalu berulang. Ada krisis besar ada krisis kecil. Dan itu semua NORMAL.

Tidak perlu takut. Yang perlu Anda siapkan adalah “ember” untuk menampung peluang alias saham-saham  bagus yang berguguran.

Saat ini, IHSG anjlok 16,97% dari level tertingginya di angka 6693 pada Februari 2018. IHSG mencapai level terendahnya pada 4 Juli 2018 di angka 5557.

Seiring dengan menguatnya USD, melemahnya rupiah, banyak saham yang merosot anjlok-anjlok an luar biasa.

Meski tidak sedrastis 2008, sebut saja, saham UNVR, yang merosot 30,10% dari level tertingginya 58100 hingga level terendahnya 40400 di 2018 ini.

Saham INDF, terhitung dari level tertingginya di 2018, merosot 27,77% hingga level 5850 tahun ini.

Well… apakah kedua saham tersebut mulai akan terus menanjak di tahun 2019 nanti?

Layakkah kedua saham ini dipilih untuk portfolio investasi jangka panjang?

Bicara tentang investasi jangka panjang, tidak lepas dari menilik fundamental perusahaan tersebut.

BAGAIMANA MENILAI FUNDAMENTAL SEBUAH PERUSAHAAN?

Ada 4 hal terpenting dalam menilai fundamental perusahaan, di antaranya :

  • Business model
  • Manajemen perusahaan
  • Profitabilitas
  • Valuasi

BAGAIMANA FUNDAMENTAL DARI PT UNILEVER TBK DAN PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK?

PT UNILEVER TBK (UNVR)

  • Dari business modelnya, Unilever tidak perlu diragukan lagi merupakan salah satu perusahaan yang memiliki bisnis model terbaik di Indonesia. Elemen-elemen penting yang memperkuat business model tersebut adalah brand, people, dan operation.

Dari segi brand, UNVR selalu menerapkan inovasi mutakhir terhadap produk-produknnya. Investasi dalam brand dan inovasi telah menghasilkan peluncuran beberapa produk baru di tahun 2012, seperti TRESemme, rangkaian bumbu jadi Royco, Axe Anarchy untuk wanita dan pria, Molto Ultra Aroma Essence, dan Magnum Gold.

Di sisi operasi, Unilever Indonesia memperhatikan efisiensi dan efektivitas penggunaan air di pabrik Rungkut, Jawa Timur dalam strategi winning with continous improvement. Dengan menurunkan jumlah limbah produksi, UNVR berhasil menciptakan efisiensi dan menurunkan biaya, yang pada akhirnya akan meningkatkan marjin dan menurunkan resiko.

 

karyawan (people) adalah elemen terpenting dalam kelangsungan bisnis Unilever. Dalam strategi winning with people, Unilever berfokus dalam menyempurnakan program management trainee (MT) yang kuat. Karyawan yang loyal dan ahli, membuat UNVR kinerja UNVR semakin meningkat, seiring dengan perkembangan karyawannya.

  • UNVR juga telah menerapkan manajemen risiko yang mengatur hubungan antara Perseroan dengan pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya, dan hubungan antara Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi.

Kerangka kerja tersebut didukung oleh berbagai panduan dan sistem kontrol termasuk sistem kontrol internal, sistem manajemen risiko, audit internal, Prinsip Bisnis atau Code of Business Principles (CoBP), Anggaran Dasar Perseroan, Pedoman Mitra Bisnis Unilever, Pedoman Pertanian Berkelanjutan (USAC) dan sistem manajemen mutu, serta proses bisnis dan standar prosedur operasional.

Sistem manajemen yang sudah terencana dengan baik, membuat kinerja UNVR bisa terus meningkat setiap tahunnya.

  • Dari segi profitabilitas, UNVR merupakan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar dengan tingkat laba yang paling stabil dari segi profitabilitas. Jika ditarik lima tahun ke belakang, margin laba bersih UNVR tak pernah bergerak jauh. Rentangnya selalu ada di kisaran antara 16% hingga 17%.

Dari segi tingkat pengembalian modal atau return to equity (ROE), UNVR malah mencatatkan hasil yang paling ciamik. ROE UNVR sempat mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir, sebesar 122% di periode 2015.

Meskipun begitu, Laba PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga sempat turun tipis -2,59% sepanjang semester I-2018 menjadi Rp 3,62 triliun, akibat pelemahan daya beli dan inflasi di Indonesia.

  • Secara valuasi, UNVR saat ini sudah terdiskon cukup murah. Jika kita bandingkan, pada masa puncaknya awal tahun 2018 lalu, PER UNVR saat itu sebesar 90.59x dengan harga tertinggi sempat menyentuh Rp58.000. Saat ini saham UNVR sudah terdiskon cukup besar, dengan PER sebesar 45.29x dengan harga terendah sempat menyentuh Rp40.400. Hal ini berarti jika dihitung dari level tertingginya, hingga saat ini saham UNVR telah terdiskon kurang lebih sekitar 30%.
  • Selain itu, sebagai investor, Dividen dari saham Unilever ini bisa menambah pundi-pundi uang Anda. Dividen inilah yang menjadi daya tarik utama saham UNVR, karena diantara 500 saham dibursa, UNVR merupakan satu-satunya perusahaan yang membagikan keuntungan dividennya hingga 100% bagi para pemegang sahamnya.

PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK (INDF)

  • Dari model bisnisnya, Indofood merupakan salah satu perusahaan yang telah menerapkan sistem bisnis dari hulu ke hilir. Ini berarti, INDF memiliki keuntungan efisiensi, karena memiliki produk yang mulai dari bahan mentah hingga jadi dimiliki oleh perusahaan sendiri. Selain itu, Indofood juga memiliki jaringan distribusi paling ekstensif di Indonesia, yang menjangkau hampir seluruh pelosok Nusantara. Hal ini membuat INDF mampu menjangkau daerah pelosok, sehingga mampu meningkatkan penjualannya lebih jauh.
  • INDF juga menggunakan strategi manajemen marketing mix, yang dikenal dengan unsur4P (Produk, Price, Place, Promotion). Kesatuan unsur 4P membuat INDF termasuk salah satu perusahaan yang memiliki manajemen unggulan saat ini.
  • Meskipun masih belum mampu mencetak laba sebesar UNVR, namun INDF merupakan salah satu growth company yang berhasil mencetak pertumbuhan laba rata-rata hingga 40% selama 50 tahun terakhir.

Adapun, kelompok usaha strategis INDF berhasil memberikan kontribusi sebesar 51% terhadap penjualan. Sedangkan Bogasari, agribisnis, dan distribusi masing-masing memberikan kontribusi sekitar 22%,19%, dan 8%.

Meskipun berhasil mencetak laba, INDF hanya berhasil mencetak laba sebesar  Rp2,24 triliun, pada semester I/2018 atau turun 12,7% secara tahunan.

  • Secara valuasi, INDF saat ini memiliki PER senilai 13.38x di harga 5950. Jika dibandingkan dengan harga tertinggi pada tahun 2016 lalu, dilevel 9200 dan PER senilai 16.83x, maka saham INDF sudah terdiskon sekitar 35%.

BAGAIMANA KITA BISA MEMBELI KEDUA SAHAM TERSEBUT?

Saran saya, kalau mau investasi, pilih satu atau dua saham saja cukup. Beli saja, at any price, sepanjang September – Oktober 2018 ini.

At any price?

Ya. Untuk ling term investing, perbedaan harga sedikit-sedikit tidak terlalu signifikan dampaknya.

Ketika jatuh, kumpulin.

Dan hold saja. Prinsipnya seperti Anda beli bisnis. Nggak usah dilihat-lihat. Tahun depan baru dilihat lagi

Ini yang disebut dengan investasi. Beda strategi dengan trading.

Nah, tunggu apa lagi, ayo beli sekarang. Karena meskipun peluang itu berulang, lebih baik jika Anda take action sekarang daripada mesti menunggu peluang beberapa tahun mendatang.

Jangan beli USD, beli saham Indonesia. Karena USD sudah terlalu tinggi naik, dan hampir kena target 17000 (upside mengecil), sedangkan saham Indonesia lagi murah-murahnya.

We make money, we change lives better.

Salam profit !
Ellen May



Follow Us

Kememkominfo

Certified by Ministry of Communications and
Informatics of Indonesia

• no. 02372/DJAI.PSE/03/2020 as Electronic System Provider