Blog By Ellen May

Indonesia Bisa

2020-03-23 13:30:07 / Ellen May

Ketika wabah virus Corona mulai terdengar di negeri tirai bambu, banyak orang yang berpikir bahwa wabah pasti akan segera terselesaikan dan tidak akan sampai ke sini.

Memang benar, saat ini Wuhan sudah hampir bebas dari wabah Corona. Sudah tidak ada lagi kasus baru. Namun, ternyata situasi tidak berjalan seperti scenario yang diharapkan oleh banyak orang. 

Lebih dari 9,000 orang meninggal, dan lebih dari 212,000 orang terinfeksi oleh virus Corona di seluruh penjuru dunia.

Berbagai negara, termasuk Indonesia, melakukan aksi karantina mandiri bahkan hingga lock down.

Aktivitas perkantoran, pariwisata, dan bisnis dihentikan. Sekolah diliburkan. Anak muda dipisahkan dari orang tua. Ibadah terpaksa dilakukan secara online. Pesta pernikahan dibubarkan paksa. Restoran dan hotel sepi. Demikian pula bisnis transportasi. Mall sepi bagaikan kuburan.

Mobilitas menurun, omset menurun, pengusaha terancam gulung tikar. Karena terpaksa dan tak sanggup membayar biaya operasional, banyak pengusaha terpaksa menutup bisnisnya dan melakukan PHK, atau pengurangan gaji karyawan. Sementara itu, pekerja harian yang mendapat penghasilan tidak tetap, seperti driver ojek online, mengeluh kehilangan pendapatan. 

Bahkan, ada yang menyalahkan pemerintah, karena memberlakukan kebijakan work from home dan minta ganti rugi dari pemerintah karena penghasilan berkurang. Dari sopir ojek, sampai pengusaha di mall. Minta dipenuhi kebutuhan pokoknya, minta gaji karyawannya dibayar oleh pemerintah.

Di sisi lain, pemerintah saat ini sedang berjuang, menyediakan berbagai peralatan medis dan perlindungan yang menunjang, baik untuk pasien Corona, maupun untuk tenaga medis. Rumah sakit darurat pun dibuat.

Terhentinya sebagian besar aktivitas manusia yang terjadi tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia sontak meluluhlantakkan perekonomian. Lebih dari sekedar rontoknya harga saham. Namun sektor riil sungguh terdampak kali ini. 

Pada tahun 2008, pasar saham tergoncang karena krisis Subprime Mortgage, dan mengalami pemulihan cepat di tahun 2009, sehingga banyak orang “rindu” akan murahnya harga saham di tahun 2008, dan keuntungan besar yang didapat tahun berikutnya. 

Yang ditunggu-tunggu pun tiba setelah 12 tahun berselang. Namun, bukan hutang atau pecahnya bubble yang menjadi penyebab resesi. Di luar perkiraan, wabah penyakit memukul perekonomian seluruh umat di bumi ini.

Akankah pasar saham kembali membaik tahun 2021? Situasi saat ini sungguh tak menentu. Para peneliti berpacu untuk menemukan vaksin, seiring dengan kondisi perekonomian yang terus memburuk. 

Aksi bunuh diri banyak terjadi di Thailand karena tekanan finansial dan banyaknya pengusaha yang bangkrut dan terjerat hutang (Asia.Nikkei.com). Amerika akan menghadapi problem pengangguran terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya (CNBC). Morgan Stanley & Goldman Sachs menyebut bahwa perekonomian dunia masuk dalam tahap resesi.

Perekonomian di Bali lumpuh, karena 75% penghasilan penduduknya didapat dari sektor pariwisata. Tidak hanya Bali yang terdampak di sektor pariwisata. Maskapai penerbangan di seluruh dunia, sedang mengalami masa sulit karena rendahnya permintaan. Ratusan ribu karyawan maskapai penerbangan di seluruh dunia, kehilanggan pekerjaan.

Pengusaha stress terlilit hutang, dan biaya operasional. Buruh dan orang miskin, semakin miskin dan tak mampu beli makan. Tekanan tidak hanya datang bagi perekonomian.

Bagi polisi, kurir, driver ojol, dan juga pekerjaan lain yang mengharuskan mereka untuk bertugas di luar rumah, dan terutama bagi dokter dan perawat yang harus bertugas di garis depan, tekanan lebih dari sekedar duit, namun juga ancaman penularan penyakit itu sendiri.

Berita duka datang silih berganti, baik dari warga sipil, maupun dari tenaga medis yang menjadi pahlawan di tengah wabah Corona yang kini juga melanda negeri tercinta kita, Indonesia. Turut berbelasungkawa untuk meninggalnya 6 pahlawan medis di Indonesia.



Tidak ada yang suka dengan kondisi seperti ini. 

Sampai kapankah mimpi buruk ini akan berlalu? Apakah yang akan terjadi jika wabah tak segera tertangani? Apa yang bisa kita lakukan?

Setidaknya, ada 3 hal yang bisa kita lakukan. 3 hal yang terlihat sepele, namun bisa memberi dampak luar biasa bagi Indonesia.  Yang jelas, sebelum mikirin Indonesia, kita bisa menjadi dampak positif bagi keluarga dan diri sendiri.

Apa itu?

Pertama, stay at home! Jaga kebersihan kesehatan, jangan keluyuran.

Terdengar klasik dan membosankan! 

Namun kenyataannya, masih banyak juga anak muda yang nongkrong di café, masih banyak yang ngeyel menjalankan acara pernikahan sampai dibubarkan paksa, masih banyak anak-anak di luar pengawasan orang tua yang ngegame di warnet, dan masih banyak manusia yang pergi ke tempat wisata untuk berlibur. Dan herannya, masih banyak tempat wisata yang dibuka, meski pemerintah sudah mengumumkan bahwa Indonesia sedang dalam bencana. Oh ada lagi yang lebih parah… sudah masuk dalam daftar ODP (Orang Dalam Pengawasan), masih juga keluyuran ke mana-mana, bahkan pergi ke hajatan tetangga. 

Sungguh miris… mengingat tim medis bekerja siang malam mempertaruhkan nyawa, jika sampai mereka yang ceroboh itu, kena virus Corona.


Sudah tidak perlu lagi saya bahas, mengapa kita harus tinggal di rumah. Sudah banyak artikel yang menjelaskan tentang pentingnya tinggal di rumah untuk meredam penularan, dan juga terbatasnya tim medis yang mampu merawat jika wabah semakin merebak.


Satu hal yang ingin saya sampaikan dan saya tegaskan, jangan bebal, jangan ndablek, jangan egois! 

Dengan melakukan social distancing dan menahan diri, maka kita sebenarnya sedang menolong diri kita sendiri, keluarga, dan negara kita, secara kesehatan dan perekonomian.

Mungkin, kamu belum pernah tahu dampaknya, bagaimana jika wabah semakin merebak dan jika pemerintah menjalankan lockdown… bagaimana jika orang tak sanggup lagi buat beli makan. Apa yang akan terjadi jika insting mempertahankan diri mereka muncul? Coba dipikir dan dijawab sendiri.


Memang berat rasanya menutup toko, restoran, atau merumahkan karyawan untuk bekerja dari rumah, karena penghasilan pasti akan merosot. Namun, jangan fokus pada penghasilan jangka pendek saja. Tahan diri sebentar. Bukan cuma kamu yang lagi susah. Seluruh dunia. Jadi, mulailah dengan cara pikir, “Saya bantu negara ini untuk memperbaiki perekonomian, dengan tinggal di rumah”.


Di China, ketika masa lock down, mereka menggunakan aplikasi untuk cek kesehatan penduduknya. Jika terpaksa harus keluar rumah, maka yang bersangkutan tinggal menunjukkan aplikasi yang menunjukkan kondisi kesehatannya. Seperti dikutip dari tulisan Dahlan Iskan (Disway.id), sejak 27 Februari lalu semua orang harus men-download satu apps di ponsel mereka. Nama apps itu: 健康宝 baca: jian kang bao. Artinya: Sehat Itu Harta Karun. Atau: harta karun berbentuk sehat.


Tanamkan mindset, bahwa saya berhenti sesaat, untuk masa depan yang lebih baik, untuk harta karun yang lebih besar.


Jangan mempersulit keadaan dengan mengutamakan kepentingan diri sendiri, yang justru akan lebih merugikan diri sendiri.


Kedua, putar otak, cari jalan untuk dapatkan penghasilan tambahan.

A crisis reveals what is inside you. 

During tough times, attitude separates successful people from those who do not succeed. Remember, life is 10% what happens to you and 90% how you respond to it.

John C Maxwell

Ketika krisis terjadi, apa pun penyebabnya, selain banyak orang bangkrut, namun seringkali muncul orang kaya baru. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena banyak orang yang berfokus pada masalah, dan sedikit orang yang terus berjuang, berfokus pada solusi, berpikir bahwa SAYA BISA.

Saat ini, banyak bisnis yang justru malah diuntungkan dengan banyaknya aktivitas yang dijalankan di rumah. Seperti yang saya bahas pada artikel sebelumnya di ellen-may.com/blog . tidak hanya sektor kesehatan seperti masker, hand sanitizer, dan lain sebagainya yang diburu. Namun juga sektor barang konsumsi, kebutuhan sehari-hari, peralatan untuk bekerja di rumah, sektor industri online, baik itu pendidikan maupun hiburan.

Bisnis adalah tentang bagaimana kita menolong orang, dan menjual solusi, membarter solusi dengan uang. demand menurun artinya orang tidak perlu solusi dari bisnis lamamu. Coba putar otak, apa yang orang perlukan saat ini? Mau jual peralatan kesehatan? Boleh, asal manusiawi ya harganya. Mau jual sembako dan makanan sehat? Memulai bisnis katering sehat online? Kasih les-les an online juga bisa, di tengah kondisi sekolah online dan kerja di rumah, banyak orang tua juga pusing membantu tugas sekolah anak-anaknya. Banyak lagi yang bisa kamu lakukan. Putar otak sedikit. Kasih harga yang manusiawi. Sukur-sukur masih bisa mempekerjakan karyawan, untuk membantu perekonomian orang lain.

Kalau tips no 1 dan 2 adalah untuk diri sendiri, maka yuk kita mulai berpikir untuk orang lain.


Ketiga, bantu orang lain, di lingkungan terdekatmu dulu

Dalam kondisi seperti ini, banyak sekali dilakukan penggalangan dana, baik untuk petugas kebersihan, keamanan, kasih makan gratis buat bapak ojol, bagi-bagi peralatan kesehatan dan sanitasi massal, maupun sumbangan alat kesehatan untuk rumah sakit. Semuanya itu baik, baik, dan sangat baik. 

Dan akan lebih baik jika kita peduli juga dengan lingkungan terdekat kita. Siapa mereka?

Pembantu rumah tangga, karyawan, tukang parkir depan rumah, satpam yang bekerja di kantor / apartemen tempat kita tinggal, tetangga, tetangga, bahkan saudara terdekat.

Sudahkah kita membantu mereka dengan hal-hal kecil dari kebutuhan basic mereka, seperti beras, masker, vitamin, dan hand sanitizer? 

Bayangkan, jika semua orang melakukan hal yang sama, peduli pada lingkungannya, dan kemudian baru lingkungan yang jauh, maka semua akan sejahtera.

Nouriel Roubini, Professor of Economics and International Business di Amerika, mengatakan bahwa masyarakat mampu Amerika bisa terhindar dari semakin memburuknya resesi ekonomi dalam jangka pendek dengan cara membagikan $1,000 kepada orang lain yang tiadk mampu. Dengan demikian, kita bisa mencegah kelaparan, dan juga tindakan anarkis yang bisa muncul ketika insting mempertahankan diri muncul.

Mungkin, kita tidak perlu membagikan $1,000 kepada setiap orang, namun kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan berbagi pada orang yang ada di lingkungan terdekat kita, semampu dan serela kita.

Saat ini, adalah waktu di mana ketika kita harus lebih memikirkan kepentingan bersama, di mana ketika kita menolong orang lain, justru akan menolong diri sendiri. 


Stay at home, keep struggling & work online, share with others! Do small things with great love & let’s make this world a better place to live like before.

We help people make money & change lives better.

Salam profit, 

Ellen May


Ikuti seminar online Saham Diskonvaganza Sabtu jam 9 pagi klik di sini untuk daftar --> ellen-may.com/seminaronline2



Mau jadi Super Trader di saham Indonesia?

Follow Us

Kememkominfo

Certified by Ministry of Communications and
Informatics of Indonesia

• no. 02372/DJAI.PSE/03/2020 as Electronic System Provider