Articles

MEMASUKI BULAN OKTOBER, APAKAH INI SAATNYA BORONG SAHAM?

2019-05-17 14:55:24 / Team Ellen May Institute

Sering sekali kita mendengar istilah dalam pasar saham yaitu istilah October Effect atau ada juga yang mengatakan Halloween Effect. Biasanya istilah Halloween ini erat kaitannya dengan sesuatu yang menyeramkan atu mengerikan. Memang terdengar mengerikan dan menyeramkan. Lalu apakah dampaknya juga akan mengerikan dan menyeramkan terhadap pasar saham juga?

Namun pada kenyataanya ketika akan memasuki bulan Oktober, akan ada banyak sekali para investor yang mulai bersiap untuk memborong saham. terkait fenomena yang biasanya selalu terjadi setiap tahunnya, yakni October Effect. Sebenarnya apa sih October Effect itu? Apakah dibulan Oktober saham-saham mulai bangkit dari koreksinya, atau justru sebaliknya? Bagaimana kita menyikapi fenomena ini?

BULAN OKTOBER, MENYERAMKAN TAPI DINANTI

Seperti yang sudah kita bahas di awal tadi, bahwa bulan Oktober identik dengan hal – hal yang berbau menyeramkan dan mengerikan. Karena bulan Oktober juga bertepatan dengan Halloween. Apakah dampaknya juga akan menyeramkan dalam pasar saham?

Bagi Anda yang masih awam di dunia saham, Anda mungkin pernah mendengar istilah October Effect atau bahkan bertanya-tanya, apa sih itu October Effect?

Sebenarnya, October Effect merupakan salah satu fenomena dari calender effect, yang biasanya selalu terjadi berulang-ulang setiap tahun. “October Effect” adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penurunan harga saham yang kerap kali terjadi dalam rentang waktu bulan September – Oktober.

Dalam beberapa teori, October Effect biasanya akan membuat indeks bursa saham cenderung bergerak turun pada bulan Oktober. Hal ini juga sudah terbukti pada berbagai fenomena koreksi saham, seperti Black Monday, Black Tuesday, dan Black Thursday yang semuanya terjadi pada bulan Oktober 1929. Peristiwa itu kemudian diikuti oleh depresi ekonomi hebat di seluruh dunia (Great Depression).

Sehingga tidak heran, banyak sekali para investor yang menghubungkan fenomena ini dengan hari Halloween, dan menganggap bulan Oktober sebagai bulan yang “menyeramkan”.

Berikut ini beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan Oktober di pasar saham:

  1. Oktober 1973

Pada bulan Oktober  di tahun 1973, stock market crash terjadi di beberapa negara. Diawali dengan bursa amerika yang merosot hingga 45% akibat kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak ini membuat negara-negara pengimpor minyak mengalami krisis pasokan energi, dan menyebabkan perekonomian mereka melambat.

 

  1. Oktober 1987

Memasuki Oktober 1987, bursa Amerika kembali jatuh secara mengejutkan. Hanya dalam waktu satu hari, bursa Amerika merosot sejauh 20%. Sepanjang satu minggu sesudahnya, saham masih terus turun hingga lebih dari 30%.

Salah satu pemicu stock market crash adalah banyaknya kesalahan yang terjadi dari system computer trading yang baru saja dikembangkan. Dan secara kebetulan, pada tahun 1987 itu Amerika memang sedang mengalami berbagai gejolak ekonomi makro yang negatif dan berpotensi merusak kepercayaan investor, seperti terjadinya defisit APBN serta kegagalan pemerintah dalam membayar obligasi.

 

  1. Oktober 2008

Pada tahun 2008, salah satu bank investasi terbesar di Amerika, Lehmann Brothers, mengalami kebangkrutan. Akibat kebangkrutan ini, bursa saham Amerika terguncang dan bursa-bursa di negara lain ikut terkena imbasnya.

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang terkena dampak krisis.

Memasuki bulan Oktober Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung turun tajam. Untuk mengantisipasi kejatuhan yang lebih dalam, pada 8 Oktober 2008 BEI pun melakukan suspend atau menutup seluruh transaksi di lantai bursa. Peristiwa ini adalah yang pertama kalinya terjadi dalam sejarah pasar modal Indonesia.

  1. Oktober 1929

Pada tahun 1920-an orang-orang hidup berkecukupan dan masa depan terasa begitu cerah. Istilah pada zaman ini dikenal dengan the Roaring 20’s. Horor perang dunia I telah berlalu dan hari-hari yang bahagia menanti di depan. Amerika Serikat mulai mengembangkan industri manufakturnya. Efeknya, pola konsumsi yang berlebihan telah secara permanen mengubah wajah budaya negara itu. Produksi barang-barang mewah meningkat. Kulkas, telepon, mobil- semua barang yang diinginkan oleh orang kebanyakan seringkali dibeli secara kredit. Pada saat itu, pembelian secara kredit merupakan konsep baru. Bank dan sekuritas aktif meminjamkan dana dengan tingkat bunga rendah Sebelumnya rakyat AS lebih memilih membeli barang secara tunai.

 

Indeks Dow Jones pada saat itu sumringah dan terus mengalami pertumbuhan, sehingga banyak warga yang menginvestasikan uangnya ke pasar modal. Harga saham naik pesat dan ditengah euphorianya pasar saham, tepatnya October 1929, pasar tiba-tiba jatuh.

 

Peristiwa yang dikenal dengan istilah Black Tuesday membuat Wall Street terpuruk karena investor menukar 16.4 juta lembar saham di New York Stock Exchange dalam satu hari. Aksi panic selling ini membuat Indeks Dow Jones terus merosot hingga 90%. Miliaran dolar hilang, menghapus ribuan investor. Sebagai akibat dari Black Tuesday, Amerika dan seluruh dunia industri berputar ke bawah menuju Great Depression (1929-1939), penurunan ekonomi terdalam dan terpanjang dalam sejarah dunia industri Barat. Ribuan bank pun mengalami kebangkrutan. Hal ini berdampak besar terhadap industri dan pengangguran terjadi di mana-mana, dan masa depresi pun dimulai.

 

Loh, kalau Oktober sering kali pasar saham anjloklalu kenapa fenomena ini justru ditunggu-tunggu oleh para investor?

Hal ini wajar saja, lantaran biasanya memasuki bulan Oktober, pasar saham kerap kali mencapai level bottomnya. Hal ini tentunya sangat dinantikan oleh para investor, untuk memborong saham di harga bawah.

Apalagi, usai bulan Oktober, biasanya harga saham akan mulai mengalami rally, yang didukung dengan berbagai fenomena positif lainnya, seperti santa claus rally, window dressing, desember effect dan januari effect.

Keempat fenomena ini merupakan fenomena positif yang sangat bagus untuk pergerakan IHSG. Apalagi pada umumnya menjelang akhir tahun, para pengelola dana (fund managers) akan melakukan window dressing supaya laporan tahunan mereka ke investor tampak lebih cantik dari biasanya.

Hal ini dilakukan dengan menjual saham yang berkinerja buruk, dan membeli saham yang memiliki fundamental bagus, terutama saham bluechips dan big caps yang sudah terdiskon cukup besar beberapa bulan terakhir.

Fenomena ini juga sudah dibuktikan dari pergerakan IHSG pada periode 2001-2012, dimana setiap tahun IHSG selalu mengalami kenaikan (rally) dari awal November hingga akhir tahun, dengan kenaikan rata-rata mencapai 8,7%!.

Jadi kesimpulannya adalah bulan Oktober ini bisa menjadi bulan dimana IHSG akan mencapai level terendahnya dalam 1 tahun. Itu berarti, Anda bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk memborong dan berinvestasi, terutama di saham-saham bluechips seperti UNVR, INDF, BBRI, GGRM, HMSP dan lain-lain yang sudah terdiskon cukup besar

Salam profit,

Ellen May Institute



Follow Us

Kememkominfo

Certified by Ministry of Communications and
Informatics of Indonesia

• no. 02372/DJAI.PSE/03/2020 as Electronic System Provider